Rabu, 16 Oktober 2013

Mozart

Wolfgang Amadeus Mozart yang bernama asli Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart lahir di Salzburg, 27 Januari 1756 – meninggal di Wina, Austria, 5 Desember 1791 pada umur 35 tahun) adalah seorang komponis. Ia dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang terpenting dan paling terkenal dalam sejarah. Karya-karyanya (sekitar 700 lagu) termasuk gubahan-gubahan yang secara luas diakui sebagai puncak karya musik simfoni, musik kamar, musik piano, musik opera, dan musik paduan suara. Contoh karyanya adalah opera Don Giovanni dan Die Zauberflöte. Banyak dari karya Mozart dianggap sebagai repertoar standar konser klasik dan diakui sebagai mahakarya musik zaman klasik. Karya-karyanya diurutkan dalam katalog Köchel-Verzeichnis.

PERJANALAN HIDUP
Harpsichord 

Mozart, yang dikenal memiliki kemampuan tala mutlak (mengenal nada dengan tepat tanpa bantuan alat), mengenal musik sejak lahir. Ayahnya, Johann Georg Leopold Mozart adalah komponis penting pada jamannya, salah satu karyanya yang paling penting adalah Kindersinfonie ("Simfoni Anak-Anak"). Wolfgang adalah anak bungsu dari tujuh bersaudara yang lahir prematur. Hanya dia dan Maria Anna Mozart ("Nannerl") yang bertahan hidup sampai dewasa. Sewaktu berumur empat tahun, Mozart sudah mampu memainkan harpsichord dan melakukan improvisasi pada karya-karya musik pendahulunya. Dia bahkan menulis komposisinya yang pertama saat berumur lima tahun. Karya-karyanya antara lain adalah Violin Sonata, dan beberapa Minuet. Leopold mengumpulkan semua komposisi ini tanpa sepengetahuan anaknya. Demikian halnya dengan Nannerl, dia juga adalah pemain piano yang sangat handal. Leopold yang menemukan bakat kedua anaknya merasa “terpanggil” untuk memamerkan mereka ke seluruh Eropa.
Mozart kecil

Mozart kemudian dibawa untuk bermain piano di depan raja Bayern di München. Pada bulan September 1762, Leopold mengambil cuti panjang dari jabatannya untuk mempromosikan anaknya kepada raja-raja. Mereka lalu berangkat ke Wina. Di sana Mozart bermain piano di depan Ratu Maria Theresia yang terpukau akan keahlian permainan Mozart dan Nannerl. Setelah konser ini, Mozart harus mengikuti konser yang cukup panjang selama tiga tahun yaitu Paris (1763, 1765) dan London (1764-1765). Di tempat-tempat tersebut, Mozart mengadakan konser di depan raja-raja dan juga diuji oleh mereka. Antara lain dengan mengimprovisasi tema-tema yang diberikan oleh penguji dengan mata yang ditutup selembar kain. Mozart disambut sebagai anak ajaib di segala tempat. Di London, dia juga bertemu dengan anak dari Johann Sebastian Bach, yaitu Johann Christian Bach yang sering dipanggil sebagai English Bach. Mozart memainkan piano sonata dalam empat tangan sembari duduk di pangkuan Bach.
Johann Christian Bach

Simfoni-simfoni dari Bach dan Carl Friedrich Abel memengaruhi simfoni-simfoni Mozart yang pertama (K.16 & K.19), yang pada tahun 1764 & 1765. Pada 1767, Mozart menggubah beberapa piano sonata dari komponis-komonis lain dan membuatnya menjadi empat buah piano Concerto pertamanya (K.37, K.39, K.40, K.41). Pada tahun 1768, atas permintaan Kaisar Wina, Mozart menggubah Opera buffa (komik opera), La Finta Semplice (namun tak terpentaskan) dan operetta Bastien und Bastienne.

Pada tahun 1769, Mozart mengadakan perjalanan ke Italia. Hasil perjalanan ini cukup baik, Mozart sangat produktif dalam penciptaan komposisi. Dia menggubah opera Mitridati, rè di Ponto (1770) dan Lucia Silla (1772) dan keduanya mendapat sukses besar dalam pertunjukannya di Milano. Mozart juga mencipatakan banyak simfoni selama perjalanan ini, dan dipengaruhi para komponis-komponis italia seperti Sammartini. Di Bologna, Mozart juga mempelajari Kontrapung pada guru komposisi yang paling terkenal pada masa itu, Padre Martini.

Sebelum kembali dari Italia, Mozart tinggal bersama ayahnya selama sepuluh minggu di Wina, Leopold tidak ingin Mozart kembali dan bekerja menjadi “tukang” musik yang tak terlalu dihargai di Salzburg. Leopold berusaha mendapatkan jabatan untuk anaknya di Wina, namun tak berhasil. Sebenarnya, perbuatan Leopold memamerkan anak-anaknya ke seluruh Eropa tak terlalu disukai oleh Kaisar Austria.
keluarga
Mozart


Di Wina, Mozart mendengar karya-karya Joseph Haydn yang terbaru dan dia juga berteman dengan Michael Haydn (1737-1806), adik dari Joseph Haydn. Salah satu karya yang penting pada pada masa ini adalah K.183, Simfoni No. 25 in G Minor (1773) dan K. 201, Simfoni in A Major (1774). Pada saat yang sama di Salzburg, Uskup Segismundo meninggal dunia dan digantikan oleh Hieronymous von Colloredo yang otoriter dan enerjik. Sekembalinya dari Italia, Mozart menjabat sebagai Maestro kapel di Salzburg.

Uskup Colloredo yang tak terlalu berminat pada musik, membuat Mozart merasa kesal terutama karena sikapnya yang sering meremehkan Mozart. Untuk melupakan rasa ketidaksukaannya pada Colloredo, Mozart menjadi cukup rajin bekerja, dia mengerahkan kemampuannya untuk penciptaan berbagai komposisi. Pada ulang tahunnya yang ke-21, jumlah komposisinya sudah mencapai tiga ratus buah. Pada tahun 1777 Mozart mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Maestro dan dia memulai kariernya sebagai musisi freelance di Wina. Karya-karya pentingnya dari 1775-1777 termasuk sonata-sonata piano yang pertama, lima Violin Concerto, dan beberapa Piano Concerto, opera La jardinera gingida termasuk karya agungnya yang pertama K.271 dalam Eb Major.

Mozart sekeluarga berencana untuk pergi dan berkarier di Paris. Namun Leopold yang masih terikat kontrak kerja dengan Kapel Uskup Agung Salzburg tak dapat pergi sehingga Mozart pergi ditemani ibunya. Mereka berangkat pada bulan September 1777, dan perjalanannya memakan waktu 16 bulan. Sebelum sampai di Paris, mereka singgah dan menetap selama beberapa waktu di München dan Mannheim. Di Mannheim, Mozart berteman dengan komponis Cannabich dan Holzbauer. Ia mencoba mendapatkan jabatan di sana melalui Pangeran Mannheim namun tak berhasil. Alasan utama Mozart menetap lebih lama di Mannheim adalah karena dia bertemu dan jatuh cinta kepada Aloysia Weber, seorang penyanyi sopran berusia 16 tahun. Leopold yang mengetahui hal ini menulis surat yang mengatakan bahwa Mozart harus memutuskan pilihannya sendiri, apakah dia mau hanya menjadi ‘artis jalanan yang akan dilupakan orang seiring berjalannya waktu atau menjadi seorang musisi yang terkenal, dicintai dan ditulis di berbagai buku’.
Aloysia Weber

Mozart juga menemukan komposisi 6 duetti a Clavicembalo e Violino dari Joseph Schuster dan mengirimnya ke Nannerl. Dia menulis surat ke ayahnya ‘Jika aku tinggal di sini, aku juga akan membuat enam buah dalam gaya yang sama karena mereka cukup laku di sini’
Walau kecewa (dan juga karena cintanya ditolak Aloysia), Mozart meneruskan perjalananya ke Paris. Di Paris, Mozart mulai bekerja dengan memberi les-les privat, dan menciptakan lagu-lagu yang sesuai dengan selera orang Perancis. Mozart mendapat kesempatan untuk mementaskan karyanya oleh Concert Spirituel. Salah satu karya yang paling penting adalah K.297, Simfoni No. 31 ‘Paris’. Namun, setelah pementasan ini, tak lama ibu Mozart jatuh sakit karena demam tinggi dan meninggal pada 3 Juli 1778. Teman Mozart di Paris, seorang bangsawan bernama Grimm menuliskan surat pada Leopold bahwa tak ada masa depan bagi Mozart di Paris terutama karena adanya kontroversi antara para pendukung Gluck dan pendukung opera Italia sehingga Mozart tak diperhatikan.

Leopold kemudian berhasil mendapatkan jabatan organis di Istana Salzburg dengan gaji yang lebih tinggi daripada jabatan sebelumnya. Sebelum berangkat dari Paris, Mozart bertemu kembali dengan J.C. Bach yang sedang mementaskan Opera. Karya-karya penting selain simfoni ‘Paris’ adalah beberapa Violin Sonata termasuk K.304 Violin Sonata in E Minor, K. 299, Concerto for Flute and Harp in C Major, dan K.310, Sonata in A Minor, salah satu sonata Mozart yang memiliki suasana yang kelam karena ini diciptakan Mozart untuk ibunya yang meninggal.

Mozart pulang melalui Mannheim namun orkestra Mannheim yang terkenal telah pindah ke München. Mozart lalu pergi ke München dan tinggal selama beberapa waktu dengan keluarga Weber. Di sini, Mozart mengalami patah hati karena Aloysia mendapatkan jabatan sebagai soprano dan tak mengacuhkan keberadaan Mozart.

Leopold menjadi kesal atas penundaan Mozart dan sikapnya yang kurang bertanggung jawab akan suatu jabatan penting. Dia khawatir kalau-kalau jabatan organis itu diberikan orang lain.
Mozart pulang ke Salzburg dan dia langsung mendapat jabatan sebagai organis di sana. Tugasnya antara lain bermain organ di katedral, istana, dan kapel istana, menggubah lagu pesanan, dan mengajar paduan suara anak-anak.
Rumah kelahiran Mozart yang kini menjadi museum, di Salzburg, Austria

Tahun 1779 dan 1780 berlangsung tanpa banyak peristiwa. Karya-karya pentingnya pada masa ini termasuk K. 364, Sinfonia Concertante in Eb, Simfoni no. 32-34, beberapa Concerto, serenade, divertimento, musik gerejawi yang termasuk K. 317, Missa Coronation dan K. 339, Vesparae.




Mozart, walau mendapat jabatan penting sebagai organis masih tidak bisa akur dengan Colloredo. Pada musim panas 1780, Mozart mendapat pesanan opera Idomeneo. Mozart melihat kesempatan ini sebagai kemungkinan melepaskan diri dari Colloredo secara perlahan-lahan.

Pertunjukkan Idomeneo berlangsung sukses dan disambut hangat oleh publik. Keluarga Mozart kemudian pergi ke Ausburg untuk menghadiri perayaan karnaval dan pesta tradisional di kota tersebut. Namun tak disangka, Colloredo ternyata juga hadir dalam pesta itu. Dia memaksa Mozart untuk pergi ke Wina bersama rombongannya dan menghadiri penobatan Kaisar Joseph II.

Di Wina Mozart diperlakukan secara tidak hormat sampai-sampai berujung ke pertengkarannya dengan Colloredo. Pada 9 Mei 1781, Mozart bertengkar hebat dengan Colloredo dan meminta dirinya diberhentikan, namun ditolak. Satu bulan kemudian, Mozart dipecat secara tidak hormat. Ia pindah rumah ke keluarga Weber di Wina. Ia tidak kembali ke Salzburg.

KISAH CINTA
Mozart sang komposer dunia telah menginspirasi berbagai pihak dengan kesuksesannya. Kesuksesan yang ia raih saat usia muda telah mengilhami berbagai pihak untuk mengikuti jejaknya. Petualangan cintanya pun menjadi suatu hal yang diminati para penggemarnya.

Kisah cinta yang ia alami tidak selalu menyenangkan, pernah suatu ketika ia mencintai seorang gadis penyanyi sopran berusia 16 tahun, namun cintanya ditolak oleh gadis tersebut. Gadis yang bernama Aloysia Weber itu menolak cinta seseorang yang kini menjadi komposer besar dunia. Meski sempat mengalami kekecewaan karena masalah cinta, hal ini tidak menyurutkan langkahnya untuk tetap membuat karya-karya besar lainnya. Karya-karya yang telah mampu menyentuh hati para penikmat musik klasik.
Saat pergi ke Munchen dan tinggal beberapa minggu dengan keluarga Weber, Mozart kembali mengalami patah hati yang mendalam, karena Aloysia mendapat jabatan sebagai soprano dan tak mengindahkan keberadaan Mozart.

Dan setelah sempat pergi ke Paris dan meninggalkan keluarga Weber beberapa waktu, Mozart kembali lagi ke rumah keluarga tersebut. Di sana ia mendapati Aloysia sudah menikah dengan seorang aktor, meski begitu ia tidak mengalami kekecewaan seperti yang pernah ia alami dahulu, saat Aloysia mengacuhkannya. Malah yang ada ia terpikat  dengan Constanze Weber, putri ketiga dari keluarga Weber. Namun hubungannya dengan Constanze sama sekali tidak direstui oleh ayah Mozart, Leopold. Meski Mozart telah mengakui hubungannya dengan Constanze, ayah Mozart tetap tidak merestui hubungan mereka.
Constanze Weber

Ketika itu Mozart mengalami kedilemaan karena ia harus memilih diantara dua pilahan, antara sang ayah atau ibu Constanze yang mengancamnya untuk membayar uang kompensasi jika Mozart putus dengan Constanze.
Akhirnya Mozart memutuskan memilih Constanze dan menikahinya pada tanggal 4 Agustus 1782 di katedral St. Stefanus. Keesokan harinya setelah pernikahannya dengan putri keluarga Weber, Mozart mendapatkan surat dari sang ayah yang telah merestui hubungannya dengan Constanze meskipun surat tersebut bernada dingin.

Pernikahan mereka cukup bahagia meskipun banyak tantangan yang harus mereka hadapi bersama. Mozart juga sering kali mengalami krisis keuangan, namun ia tak pernah sekalipun hidup dalam kemiskinan. Pasangan ini juga dianugerahi dua anak dari pernikahan mereka. Meskipun empat diantaranya telah meninggal dunia.

Mozart adalah sosok suami dan ayah yang bertanggung jawab. Hal ini dapat kita lihat dari kegigihannya mencari uang demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Mozart mencari nafkah dengan berbagai cara, ia pernah mengajar tiga atau empat murid dari keluarga kaya dan memainkan konser-konser di rumah bangsawan Wina. Ia juga sempat bermain opera di Die entfuhrung aus dem Serail. Disana ia mendapat pujian dari kaisar Joseph II, Gluck pun sampai meminta konser tersebut diulang.

MASA AKHIR
Puncak karier Mozart terdapat pada masa 1784-1786. Mozart sangat rajin menggubah. Dia membuat duabelas Concerto dan dianggap para musikolog sebagai karyanya yang paling penting. Walau Kaisar Joseph II ikut mendengar konser Mozart, hal itu sama sekali tak membantu keuangannya. Mozart diberi jabatan sebagai pemusik istana dengan gaji yang tak terlalu besar.

Le Nozze di Figaro ("Pernikahan Figaro") dipentaskan pertama kali di Wina pada tahun 1786 dan meraih sukses sehingga Mozart membawanya ke Praha (ibukota Ceko) dengan kesuksesan lebih besar lagi.
Mozart menggubah beberapa karya lagi antara lain K. 505, Simfoni No. 38 in D Major ‘Prague’. Berkat kesuksean Le Nozze di Figaro, Mozart bersemangat untuk membuat opera baru antara lain Don Giovanni, sebuah komik opera. Mozart untuk pertama kali memakai trombon pada operanya, hal inilah yang mengakibatkan munculnya efek yang cukup dramatis. Pada tahun 1787, Leopold meninggal dunia dan cukup memengaruhi karya Mozart.

Simfoni-simfoni terakhir Mozart, Simfoni No. 39, 40, dan 41 ‘Jupiter’ tak diketahui secara pasti apakah mereka dipentaskan sebelum Mozart meninggal atau tidak. Pada musim semi tahun 1789, Mozart pergi ke Berlin tampil sebagai pianis di depan Pangeran Sachsen di Dresden, dia juga bermain organ di Thomaskirche di Leipzig. Dia juga memainkan konser privat di depan Friedrich Wilhelm II, di kunjungannya ke Potsdam dan Berlin. Wilhelm II memintanya membuat enam kuartet piano dan enam piano sonata yang sayangnya tak sempat terselesaikan oleh Mozart.

Kembali ke Wina, Mozart mementaskan operanya, Die Zauberflote ("Seruling Ajaib"). Opera ini sukses besar, libretto-nya ditulis oleh Emanuel Schikaneder (1751-1812). Setelah opera ini selesai, Mozart mendapat pesanan dari Pangeran Franz von Walsegg untuk membuat sebuah Requiem yang bermaksud menjadikan komposisi tersebut sebagai karyanya untuk mengenang istrinya yang telah meninggal. Mozart tak sempat menyelesaikan karya besar ini lalu diteruskan oleh muridnya, Franz Xaver Süssmayr. Menurut beberapa sumber, Mozart tak sanggup menyanyikan bagian Lacrimosa saat sedang memainkan lagu ini dengan teman-temannya. Dari musiknya yang kelam, Franz Beyer mengomentari, dalam album Requiem ‘Aku bisa mendengar suara Mozart, yang berbicara untuk kepentingannya sendiri, dengan keadaan yang mendesak, seperti anak kecil yang sakit dan melihat ibunya dengan penuh harapan dan ketakutan akan perpisahan.

KEMATIAN
"Mozart telah mati... Karena tubuhnya membengkak setelah meninggal, sejumlah orang percaya bahwa ia telah diracuni. Sekarang ia telah tiada maka warga Wina paling tidak akan menyadari apa yang akan mereka rindukan dari seorang Mozart....."

Kemudian, muncullah sebuah laporan dari seorang koresponden Praha di sebuah surat kabar Berlin kurang lebih sebulan setelah kematian Wolfgang Amadeus Mozart. Banyak teori-teori konspirasi bagaimana kematian sang komponis ini. Pertanyaan seputar siapa yang membunuh Mozart ini mengundang para sejarawan untuk mengurai benang misteri seputar kematiannya yang sangat mendadak.

1. Saingan Bebuyutan 
Antonio Salieri

Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa yang telah membunh Mozart ialah Antonio Salieri, pesaing bebuyutan Mozart. Ditambah lagi, menjelang akhir hayatnya, Salieri tampak terlihat kehilangan semangat dan pernah mencoba untuk bunuh diri. Bahkan, sebuah rumor mengatakan bahwa Salieri sendiri mengakui bahwa dialah yang membunuh Mozart.
Antonio Salieri adalah seorang komponis Italia sekaligus seorang dirigen. Salieri adalah seorang Kapellmeister istana yang dapat dikatakan memiliki gaji yang sangat tinggi.

2. Keterlibatan Freemasonry
Ada pula pihak yang menuding Freemasonry sebagai dalang dari semuanya, yaitu sebuah organisasi dimana Mozart pernah terlibat semasa mudanya. Mozart bergabung di anggota Freemason pada tahun 1784.

 Die Zauberflote pada dasarnya adalah sebuah Opera Masonik dan memperlihatkan perjuangan sang seniman terhadap kekristenan dan khususya gereja khatolik.
Namun pada saat yang sama, muatan dari Opera Masonik dipertanyakan. Mozart tidak menganggap bahasa Masonik sebagai hukum. Tidak diragukan lagi, Mozart dibesarkan dalam tradisi kristen dan lagipula sebuah nyanyian gereja Kristen mungkin terdengar sebagai duet antara orang-orang bersenjata di dalam Opera.
 
Sarastro, tokoh Masonik arketipe, sama sekali tidak baik selain tampak sebagai penculik. Pada kenyataannya, Mozart telah merencanakan untuk membangun sebuah orde baru, yang menjadikan saingan Freemasonry, dengan nama "Die Grotte", yang menyiratkan bahwa hubungannya dengan para anggota Mason sendiri tidak terlalu harmonis.
 
Dia diduga telah memberitahukan rencana itu kepada temannya, seorang pemain klarinet bekas anggota Mason bernama Anton Stadler. Sebagai akibatnya, Mozart telah dikhianati oleh Anton. Dan kemungkinan, Anton memberitahukan hal ini kepada anggota mason lainnya tentang "Die Grotte" yang dibuat oleh Mozart ini.
 
Sebagai poin bukti terakhir yang mungkin sangat mendukung, tampak aneh bahwa para anggota Freemasonry tidak menyumbangkan biaya sepeserpun untuk membantu biaya pemakaman Mozart dan rela membiarkan Mozart, komponis Masonik dimakamkan dalam kuburan buruk, layaknya orang miskin.
 
3. Gagal Ginjal 
Baru-baru ini, saya melihat sebuah link yang berisi tentang misteri kematian Mozart. Disana dijelaskan bahwa Mozart meninggal karena virus yang memang sedang mewabah pada saat itu. berikut yang dikatakan:
 
" Menurut Zegers, Mozart kemungkinan tewas akibat sakit tenggorokan yang disebabkan bakteri streptokokus. Infeksi itu menyebabkan gagal ginjal. 
 
Zegers memang tidak bisa meneliti jasad Mozart, namun dia meneliti penyebab kematiannya itu berdasarkan riset sejarah. Tim pimpinan Zegers mencermati catatan-catatan kematian di kota Wina selama beberapa bulan pada saat dan di sekitar waktu wafatnya Mozart - yaitu November dan Desember 1791 serta Januari 1792. Mereka juga meneliti data kematian pada tahun-tahun sebelum dan sesudah Mozart wafat.

"Kita melihat bahwa pada waktu kematian Mozart ada wabah kecil yang menyebabkan kematian terkait dengan edema (pembengkakan), yang juga diderita Mozart di masa akhir hidupnya," kata Zegers dalam artikel yang dimuat di jurnal Annals of Internal Medicine edisi Selasa, 18 Agustus 2009.
 
Bersamaan dengan matinya Mozart, sejumlah pria di Wina saat itu juga meregang nyawa akibat penyakit pembengkakan. Begitu pula dengan kasus di tahun-tahun lain. Penyakit pembengkakan itu, menurut penelitian Zegers adalah infeksi tenggorokan akibat bakteri streptokokus.

Menurut arsip pemerintah kota Wina, Mozart wafat karena "demam dan ruam," kendati saat itu lebih dianggap sebagai gejala dan bukan penyakit yang sebenarnya.
 
Menurut sejumlah surat dan gubahan yang dia tulis, Mozart tampak baik-baik saja dalam beberapa bulan sebelum kematiannya. Dia pun diketahui tidak menderita penyakit kronis apapun.

Sejumlah data mengungkapkan bahwa Mozart baru jatuh sakit tak lama sebelum dia tewas. Adik iparnya, tiga puluh tahun kemudian, mengungkapkan bahwa Mozart menderita pembengkakan (swelling) begitu parah, bahkan dia tidak bisa menggerakkan tubuhnya di atas ranjang.

Data lain menyebutkan bahwa menjelang kematiannya, Mozart tak hanya menderita pembengkakan, namun juga sakit di bagian punggung, badan pegal-pegal dan ruam. Itu merupakan gejala yang menandakan bahwa Mozart mati akibat kerusakan ginjal akibat infeksi bakteri streptokokus.

"Ini belum definitif, namun tentunya masuk pertimbangan," kata William Schaffner, pakar penyakit infeksi dari Universitas Vanderbilt, yang tidak ikut dalam penelitian.

Dia bisa memahami dugaan bahwa Mozart tewas akibat komplikasi penyakit akibat bakteri streptokokus. Namun, Schaffner menilai bahwa para peneliti memiliki data yang sangat terbatas untuk memperkuat dugaan itu.

"Infeksi serius akibat bakteri streptokokus dulu sangat lazim terjadi ketimbang saat ini dan memiliki komplikasi yang sangat serius," kata Schaffner.
"


Dimanakah tempat Makam Mozart?

Pada saat waktunya pemakaman Mozart, tidak ada satupun teman, sahabat, bahkan istrinya yang mengantarkan. Mozart hanya ditemani oleh beberapa orang penggali kuburannya. Lalu, dimanakah Mozart dimakamkan?

1. Sebenarnya, istri Mozart sendiri tidak bisa datang ke pemakaman suaminya saat itu dikarenakan ia jatuh sakit. Akhirnya, ia menyerahkan semuanya kepada beberapa penggali kubur tersebut.
Namun, ketika ia sudah sembuh dan berangkat untuk menjenguk makam Mozart, makam tersebut sudah tidak ada. Dan hingga saat ini, belum ada data yang pasti dimana tepatnya letak pemakaman Mozart tersebut.

2. Pada pemakaman Mozart terdapat badai salju sehingga keluarganya tak bisa mengikuti pemakaman. Namun, cerita ini dibantah oleh catatan cuaca Wina.

3. Tubuh Mozart dipindahkan ke tempat lain karena keluarganya tak membayar ongkos penguburan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar