Apabila mengunjungi Kokas, Kabupaten Fakfak, Papua Barat, laksana mengunjungi sebuah kota tua. Bagaimana tidak, pasalnya di wilayah distrik ini terdapat situs kuno yang menyimpan keajaiban dengan misteri di dalamnya. Tak hanya menarik, tapi juga mengundang orang untuk datang menjumput keelokannya.
Lukisan tebing yang
merupakan situs kuno Kokas di Andamata, Distrik Kokas, Fak-Fak, Papua
Barat. Lukisan ini merupakan peninggalan zaman prasejarah.
Salah satu situs kuno yang terkenal di Kokas adalah lukisan di tebing bebatuan terjal. Oleh masyarakat setempat, tebing bebatuan terjal ini biasa disebut Tapurarang. Di Distrik Kokas kekayaan peninggalan sejak zaman prasejarah ini bisa dijumpai di Andamata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras.
Salah satu situs kuno yang terkenal di Kokas adalah lukisan di tebing bebatuan terjal. Oleh masyarakat setempat, tebing bebatuan terjal ini biasa disebut Tapurarang. Di Distrik Kokas kekayaan peninggalan sejak zaman prasejarah ini bisa dijumpai di Andamata, Fior, Forir, Darembang, dan Goras.
Lantas, apa
keunikan lukisan berupa gambar telapak tangan manusia dan binatang di
dinding tebing tersebut? Meskipun telah berabad-abad lamanya, namun
lukisan yang dibuat dengan pewarna dari bahan-bahan alami tersebut masih
tetap terlihat jelas hingga saat ini. Bahkan warna merah pada lukisan
tebing ini juga menyerupai warna darah manusia. Oleh karena itu
masyarakat setempat juga sering menyebut lukisan tersebut sebagai
lukisan cap tangan darah.
Konon, khususnya bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Karena mereka percaya bahwa lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Nenek ini meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.
Konon, khususnya bagi masyarakat setempat, lokasi lukisan tebing ini merupakan tempat yang disakralkan. Karena mereka percaya bahwa lukisan ini adalah wujud orang-orang yang dikutuk oleh arwah seorang nenek yang berubah menjadi setan kaborbor atau hantu yang diyakini sebagai penguasa lautan paling menakutkan. Nenek ini meninggal saat terjadi musibah yang menenggelamkan perahu yang ia tumpangi.
Dari seluruh
penumpang di perahu itu, hanya nenek ini yang meninggal. Konon tak ada
satu pun penumpang di atas perahu yang berusaha membantu sang nenek
untuk menyelamatkan diri. Merasa sakit hati, arwah nenek yang telah
berubah menjadi setan kaborbor mengutuk seluruh penumpang perahu yang
berusaha menyelamatkan diri di atas tebing batu. Karena kutukan tersebut
seluruh penumpang dan hasil-hasil laut yang dibawa seketika berubah
menjadi lukisan tebing.
Di lokasi lukisan tebing ini Anda juga bisa menyaksikan kerangka-kerangka tulang manusia. Kerangka ini dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas.
Di lokasi lukisan tebing ini Anda juga bisa menyaksikan kerangka-kerangka tulang manusia. Kerangka ini dipercaya merupakan kerangka leluhur atau nenek moyang masyarakat Kokas.
Konon pada zaman
dahulu masyarakat di sini memiliki kebiasaan meletakkan jasad leluhur
yang meninggal di tebing batu, gua, tanjung atau pun di bawah pohon besar
yang dianggap sakral.
Tulang tengkorak manusia ini adalah sisa kebiasaan masyarakat setempat yang tidak menguburkan jasad leluhur melainkan meletakkannya di tebing batu, gua, tanjung atau pun di bawah pohon besar yang khusus atau dianggap sakral.
Apakah anda tertarik untuk menelusuri jejak prasejarah di Kokas? Dari terminal Fakfak anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas menggunakan angkutan luar kota. Jarak Fakfak-Kokas sejauh 50 kilometer akan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp 25.000/orang, one way.
Apabila telah tiba di Kokas, maka perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Namun jika air sedang pasang, anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Tapi seandainya jika air surut, keindahan lukisan tebing ini justru hanya bisa dinikmati dari atas longboat.
Jadi telah jelas sudah misteri tentang lukisan berdarah yang ada di Papua Barat ini.
Tulang tengkorak manusia ini adalah sisa kebiasaan masyarakat setempat yang tidak menguburkan jasad leluhur melainkan meletakkannya di tebing batu, gua, tanjung atau pun di bawah pohon besar yang khusus atau dianggap sakral.
Apakah anda tertarik untuk menelusuri jejak prasejarah di Kokas? Dari terminal Fakfak anda harus menempuh perjalanan darat menuju Kokas menggunakan angkutan luar kota. Jarak Fakfak-Kokas sejauh 50 kilometer akan ditempuh dalam waktu sekitar 2 jam. Anda cukup merogoh kocek sebesar Rp 25.000/orang, one way.
Apabila telah tiba di Kokas, maka perjalanan masih harus dilanjutkan menggunakan longboat dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Namun jika air sedang pasang, anda bisa naik ke tebing dan menyaksikan lukisan ini dari dekat. Tapi seandainya jika air surut, keindahan lukisan tebing ini justru hanya bisa dinikmati dari atas longboat.
Jadi telah jelas sudah misteri tentang lukisan berdarah yang ada di Papua Barat ini.
Sumber
http://paling--seru.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar