Minggu, 06 Oktober 2013

Candi Ratu Boko


Nikmati Keindahan Candi Ratu Boko. Kemana akan pergi berwisata saat liburan nanti tiba? Mengunjungi Kota Yogyakarta sebagai kota The Never Ending Asia, tentu amat menyenangkan. Selain biayanya murah, transportasi ke berbagai tempat tujuan wisata juga mudah.
Misalnya mengunjungi Candi Prambanan, jangan lupakan pula singgah ke Candi Ratu Boko. Untuk bisa berkunjung ke Prambanan, bisa dijangkau dengan bus TransJogya dari arah Stasiun Tugu maupun Bandara Adisucipto. Nah, dari Komplkes Candi Prambanan inilah, akan ada shuttle bus ke Candi Ratu Boko.

Bila langit cerah, sebelum mendaki ke bukit Boko, singgahlah sementara di Plaza Andrawina di kompleks Candi Ratu Boko. Dari sini bila wisatawan menghadap ke utara dapat menyaksikan dengan jelas kemegahan dan keindahan Gunung Merapi. Di Plaza yang open air ini pula sering dijadikan area pementasan sendra tari Ramayana bagi tamu asing atau perhelatan pernikahan.

Legenda yang mewarnai candi ini adalah cerita tentang Ratu Boko yang suka memangsa sesamanya. Alkisah, Boko kecil tinggal bersama ibunya. Suatu kali sang ibu tengah memasak sementara Si Boko sudah kelaparan. Panik, Sang Ibu pun teriris jarinya hingga berdarah. Tak sengaja, darah itu turut termasak dan akhirnya termakan oleh Boko. Ia merasakan betapa nikmatnya darah manusia. Sejak itulah Si Boko yang kelak menjadi seorang raja, suka memakan daging manusia. Tentang kebenaran cerita itu Wallahualam.

Riwayat
Situs Ratu Boko pertama kali dilaporkan oleh Van Boeckholzt pada tahun 1790, yang menyatakan terdapat reruntuhan kepurbakalaan di atas bukit Ratu Boko. Bukit ini sendiri merupakan cabang dari sistem Pegunungan Sewu, yang membentang dari selatan Yogyakarta hingga daerah Tulungagung. Seratus tahun kemudian baru dilakukan penelitian yang dipimpin oleh FDK Bosch, yang dilaporkan dalam Keraton van Ratoe Boko. Dari sinilah disimpulkan bahwa reruntuhan itu merupakan sisa-sisa keraton.


Prasasti Abhayagiri Wihara yang berangka tahun 792 M merupakan bukti tertulis yang ditemukan di situs Ratu Baka. Dalam prasasti ini menyebut seorang tokoh bernama Tejahpurnapane Panamkarana atau Rakai Panangkaran (746-784 M), serta menyebut suatu kawasan wihara di atas bukit yang dinamakan Abhyagiri Wihara ("wihara di bukit yang bebas dari bahaya"). Rakai Panangkaran mengundurkan diri sebagai Raja karena menginginkan ketenangan rohani dan memusatkan pikiran pada masalah keagamaan, salah satunya dengan mendirikan wihara yang bernama Abhayagiri Wihara pada tahun 792 M. Rakai Panangkaran menganut agama Buddha demikian juga bangunan tersebut disebut Abhayagiri Wihara adalah berlatar belakang agama Buddha, sebagai buktinya adalah adanya Arca Dyani Buddha. Namun demikian ditemukan pula unsur–unsur agama Hindu di situs Ratu Boko Seperti adanya Arca Durga, Ganesha dan Yoni.

Tampaknya, kompleks ini kemudian diubah menjadi keraton dilengkapi benteng pertahanan bagi raja bawahan (vassal) yang bernama Rakai Walaing Pu Kumbayoni. Menurut prasasti Siwagrha tempat ini disebut sebagai kubu pertahanan yang terdiri atas tumpukan beratus-ratus batu oleh Balaputra. Bangunan di atas bukit ini dijadikan kubu pertahanan dalam pertempuran perebutan kekuasaan di kemudian hari.
Di dalam kompleks ini terdapat bekas gapura, ruang Paseban, kolam, Pendopo, Pringgitan, keputren, dan dua ceruk gua untuk bermeditasi.


Pemerintah pusat sekarang memasukkan komplek Situs Ratu Boko ke dalam otoritas khusus, bersama-sama dengan pengelolaan Candi Borobudur dan Candi Prambanan ke dalam satu BUMN, setelah kedua candi terakhir ini dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO. Sebagai konsekuensinya, Situs Ratu Boko ditata ulang pada beberapa tempat untuk dapat dijadikan tempat pendidikan dan kegiatan budaya.
Terdapat bangunan tambahan di muka gapura, yaitu restauran dan ruang terbuka (Plaza Andrawina) yang dapat dipakai untuk kegiatan pertemun dengan kapasitas sekitar 500 orang, dengan vista ke arah utara (kecamatan Prambanan dan Gunung Merapi). Selain itu, pengelola menyediakan tempat perkemahan dan trekking, paket edukatif arkeologi, serta pemandu wisata.

Tak Peduli Lingkungan
Sayangnya, masih ada saja wisatawan yang tak peduli pada lingkungan kala menyusuri setapak demi setapak kompleks Candi Ratu Boko. Misalnya, main corat-coret di sebuah arca yang berada di bukit. Atau membuang sampah bekas pembungkus makanan dan minuman hingga semua itu mengganggu pemandangan dan mengotori lingkungan. Sudah seharusnya bangsa besar yang dianugerahi alam yang indah dan peninggalan begitu bersejarah menjaga kelestarian dan kebersihannya.

1 komentar:

  1. Thanks infonya.

    Menengok Kembali Sejarah Dan Cerita Rakyat Candi Boko.

    Kalau agan-agan ingin melihat Situs Candi Boko dengan foto virtual. Lihat saja disini:

    http://indonesiavirtual.com/index.php?option=com_jumi&fileid=11&Itemid=109&id_img=470

    Salam kenal

    BalasHapus