Ideologi , Sikap, Otak. Begitu album atas nama Ahmad Band yang berisi 11 lagu. Difoto dengan pakaian mirip Bung Karno sebagai gambar sampul, di tengah suhu poleksos yang tengah menghangat, Dhani Ahmad Prasetyo seakan memang sengaja memancing alis mengernyit seraya (mungkin) bertanya, "Gendheng arek iki. Opo sih karepe?"
Reaksi itu wajar. Dhani terlanjur lekat dengan citra sebagai pemimpin para "pandawa lima" dari Surabaya yang hobi membius kaum hawa dengan dendang cinta “Kirana” atau “Kamulah Satu-Satunya”. Ditambah perannya sebagai produser dan penata musik album “Keajaiban”
yang sukses mengangkat Reza ke permukaan, rasanya cuma satu dua
penggemar Dewa 19 yang tak bakal terkaget-kaget mendengar materi album
ini.
Kenceng!
Barangkali itu komentar paling pas. Elemen musiknya campur aduk.
Berkesan riuh, juga pada lagu dengan beat pelan. Ada musik dolanan ala Swami, new wave, jazzy, hardcore, bahkan techno-rock ala Prodigy! Sedang tema-tema lagunya, banyak menyentuh wilayah yang kata orang terbilang "sensitif".
"Yang muda mabuk, yang tua korup
Yang muda mabuk, yang tua korup
Mabuk terus, korup terus
Jayalah negeri ini
Jayalah negeri ini
Merdeka!"
Lirik Dhani dalam “Distorsi”, lagu jagoan yang klipnya dibuat Rizal Mantovani. Itu belum seberapa. Entah apa komentar penggemar lagu “Kangen”, jika mendengar lagu “Interupsi”.
Bak sedang berpidato, Dhani memuntahkan istilah-istilah yang tak
nyaman didengar telinga kaum yang terbiasa "santun", seperti: kolusi, borok, nepotisme, kapitalisme semu, bahkan bangsat.
"Aku
ingin membuat album yang bisa mencerminkan karakterku yang sebenarnya.
Aku ingin menunjukkan, ini lho aku. Maaf, jangan bandingkan dengan Dewa
19. Ini obsesiku sejak lama," kata Dhani.
Dhani bukan datang dari generasi mahasiswa era '70-an yang bersemboyan "pesta, buku dan cinta". Zaman
telah berubah, meski setting sejarah tak banyak berbeda. Mengadakan
pesta disko di rumah kalah ngetren dengan nongkrong di kafe. Pendidikan
politik bertebaran di media kultur pop, baik dari media cetak "serius"
maupun film Hollywood seperti The House of Spirits yang entah
sudah berapa kali ditayangkan TV swasta. Sedang "cinta", bisa "dibeli"
di mana-mana. Tentang ini, silakan simak imaji liar Dhani tentang wanita
lewat lagu “Gairah Tak Biasa”. Tapi, lagi-lagi, tak perlu buru-buru menuduhnya misogynist kalau dalam lagu “Dunia Lelaki” Dhani
dengan sok tahu seakan sedang menceramahi sang juwita tentang revolusi.
Bagaimanapun, Dhani lebih dekat dengan majalah remaja daripada buku
sastra. Jadi, harap maklum kalau Dhani punya kendala keterbatasan
bahasa. Nobody's perfect. Lagipula, untuk album ini, pria yang mengaku perfeksionis ini terasa sekali sudah memberikan segalanya.
Di samping menyanyi dan memainkan keyboard, Dhani juga mengocok gitar rhythm. Sedang
Andra Junaidi, gitaris Dewa 19, memberi aksen kuat pada beberapa lagu
dengan gaya bermainnya yang semakin eksploratif. Agar proyek Ahmad Band
benar-benar terdengar beda dengan Dewa 19, Dhani memilih Bimo Netral
sebagai drummer.
"Dengerin
deh pukulannya. Nggak ada yang main kayak dia. Bimo memang nggak main
teknik, tapi unik. Dan, selain juga perfect ngatur sound, pukulan dia
kuenceng! Itu yang aku suka", jelas Dhani sambil tertawa.
Tampaknya
Dhani memang sedang ingin membuat para Baladewa dan Baladewi
terkaget-kaget. Betapa tidak. Pertama, secara resmi dia mengumumkan masa
vakum show Dewa 19 untuk masa yang belum ditentukan.
"Cukup ditulis, problem internal tidak memungkinkan kami manggung," ungkapnya.
Dan kedua, untuk keperluan manggung Ahmad Band, secara resmi dia merekrut Pay dan Bongky, mantan gitaris dan pemain bass Slank!
"Kalau Ahmad Band rekaman lagi, ya mereka ikutan," katanya.
Materi album ini ialah :
1. Distorsi – DOWNLOAD!!
2. Dimensi– DOWNLOAD!!
3. Bidadari di Kesunyian– DOWNLOAD!!
4. Sudah– DOWNLOAD!!
5. Dunia Lelaki– DOWNLOAD!!
6. Rahasia– DOWNLOAD!!
7. Impotent– DOWNLOAD!!
8. Aku Cinta Kau dan Dia– DOWNLOAD!!
9. Interupsi– DOWNLOAD!!
10. Gairah Tak Biasa– DOWNLOAD!!
11. Ode Buat Ekstrimist– DOWNLOAD!!
Tahun
1998, adalah tahun reformasi, dimana Indonesia bergejolak. Tahun
dimana ketika Indonesia mengalami pergolakan politik dengan berpuncak
pada lengsernya Soeharto, apa yang kemudian disebut Gerakan Reformasi
1998. Dan ingatan pun terbawa ke memori lagu-lagu Ahmad Band, kenapa
Ahmad Band? Karena saya Baladewa, dan karena lagu Ahmad Band saat itu
menggambarkan situasi dengan sangat jelas dan gamblang.
Terutama lagu Distorsi, "yang muda mabuk, yang tua korup, jayalah negeri ini, jayalah negeri ini", yang menggambarkan korupsi, kolusi dan nepotisme yang dilakukan para pejabat dan mabuk-mabukkan yang mewarnai generasi muda.
Lagu Impotensi, menggambarkan situasi di masa pemerintahan Orde Baru,"apa arti damai jika otakku terkubur, apa arti damai jika semua membisu, kau jilati situasi, kau pun menari di atas kepatuhan, di atas kesunyian jiwa yang telah mati, tercipta generasi tanpa peduli".
Lagu Interupsi, menggambarkan kegusaran atas orang-orang yang mendompleng atas nama pembangunan, yang malah justru menjajah negeri sendiri, "bangsat-bangsat bertopeng anak bangsa rajai hukum rimba, asah otak tajamkan pandang masih banyak yang tertinggal, masih terjajah, belum merdeka, terjajah bangsat seiring".
Lagu
Ode buat Ekstrimist, yang menggambarkan situasi kampanye yang diwarnai
pawai dan show off kekuatan masing-masing partai dengan mengerahkan
pendukungnya yang mayorita tak mengerti apa-apa, "arak-arakan pawai idiot dengan baju warna warna, pasti tak mengerti yang dilakukan yang sedang diteriakan".
Sumber ; http://sangpandawalima.blogspot.com.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar